Efektivitas Minyak Esensial Peppermint terhadap Mual Muntah Pasien Kanker Paru yang Menjalani Kemoterapi

Berdasarkan hasil telaah di poli onkologi paru, terdapat 3-4 pasien per hari kontrol dengan keluhan mual, penurunan nafsu makan, diare dan nyeri setelah menjalani kemoterapi. Di ruang rawat inap paru juga ditemukan 2 orang pasien yang dirawat karena diare dan penurunan nafsu makan setelah menjalani kemoterapi. Baik di poli maupun di rawat inap, pasien mendapatkan terapi farmakologi untuk mengurangi keluhan tersebut. Belum ada intervensi non farmakologi yang diberikan kepada pasien baik untuk mengurangi keluhan saat ini maupun untuk mencegah munculnya keluhan yang sama setelah menjalani kemoterapi berikutnya. Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, tujuan implementasi evidence-based nursing ini adalah mengukur efektifitas minyak essensial peppermint untuk menurunkan mual dan muntah efek samping obat kemoterapi pasien kanker paru-paru.

Protokol Intervensi Penggunaan Aromatik Minyak Peppermint

Sebelum memulai penggunaan aromatik minyak peppermint, diharapkan mengikuti tahapan intervensi sebagai berikut:

  1. Posisi yang baik saat menggunakan aromaterapi minyak peppermint dapat membantu meningkatkan efektivitas dan kenyamanan. Berikut beberapa saran posisi yaitu
    a. Duduk tegak dikursi, guna membantu pernapasan lebih dalam dan memudahkan aromaterapi masuk ke saluran pernapasan.b. Berbaring miring dengan bantal mendukung kepala dan leher guna membantu meredakan mual dengan posisi yang nyaman, sambil tetap menghirup aroma.
    c. Posisi relaksasi, dengan duduk bersila atau bersandar di dinding dengan mata terpejam, guna membantu meredakan ketegangan di perut dan meningkatkan relaksasi. Selanjutnya peneliti memberikan pelatihan teori dan praktik selama 8-10 menit tentang teknik penggunaan campuran aromatik (sebelumnya mengencerkan minyak aromatik hingga 2,5 dengan mencampurkan sweet almond oil).
  2. Mengoleskan campuran ini tiga kali sehari selama lima hari sesuai dengan “Panduan Praktik Aromaterapi” yaitu pagi (9:00 pagi), sore (3:00 sore) dan malam (9:00 malam).
  3. Intervensi pemberian aromaterapi peppermint diberikan dengan mengoleskan satu tetes campuran aromatik pada titik atau lekukan yang berada di antara bibir atas dan hidung (di filtrum), tiga kali sehari selama lima hari setelah pemberian kemoterapi, sebagai tambahan pengobatan antiemetik rutin. Responden diminta untuk menarik napas dalamsecara perlahan-lahan setelah mengoleskan campuran aromatik.
    Campuran aromatik: Proses pengenceran ini dilakukan dengan cara mencampurkan dianjurkan dengan pengenceran minyak peppermint dengan konsentrasi 2,5% dicampur dengan sweet almond oil sebagai minyak dasar, agar dapat diberikan dengan aman pada kulit pasien. Guna mendapatkan manfaatnya secara maksimal dan menurunkan risiko terjadinya iritasi kulit, campuran aromatik sebaiknya disimpan dalam keadaan tertutup di lingkungan bebas cahaya.
    Perhitungan Pengenceran campuran aromatik yaitu:
    Pengenceran konsentrasi 2,5%: 15 tetes minyak peppermint dan 6 tetes sweet almond oil
    (1 tetes = 0,067 ml→ 15 tetes x 0,067 = 1,005 ml = 1 ml oil peppermint tambah 6 tetes sweet almond oil x 0,067 = 0,402 ml).
  4. Tips: (a) fokus pada pernapasan dengan menarik napas dalam dan hirup aromaterapi dilakukan secara perlahan-lahan hingga dirasakan kenyamanan, mual muntah berkurang, (b) pastikan ruangan memiliki ventilasi yang baik untuk mencegah aroma menjaditerlalu kuat, dan (c) hindari posisi terlalu tegang: Usahakan posisi yang nyaman untuk menghindari stres atau ketegangan yang dapat memperburuk mual sehingga dapat menikmati manfaat dari aromaterapi minyak peppermint.

Pengukuran Luaran Intervensi

Pengukuran luaran intervensi dilakukan menggunakan desain intervensi quasi eksperimen dengan pendekatan pre-post test dengan kelompok kontrol. Intervensi akan diberikan pada subyek penelitian, dan untuk mengetahui efek intervensi akan dilakukan pengukuran intensitas mual muntah sebelum dan sesudah perlakuan diberikan kemudian di analisis hasilnya.

Pelaksanaan EBN ini akan dilakukan di Poli Onkologi, ruang One Day Care (ODC), dan ruangan rawat inap dimulai dari tanggal 13 November – 29 November 2024. Subjek dalam penerapan EBN ini adalah pasien kanker paru yang berada Poli Onkologi dan rawat inap. Jumlah partisipan pada penerapan EBN ini menggunakan total sampling dengan total partisipan 20 pasien terdiri dari 10 orang masuk kelompok intervensi dan 10 orang dengan kelompok kontrol

Kriteria Responden

Kriteria Inklusi

  • Orang dewasa berusia ≥ 18 tahun
  • Mampu memahami dan berkomunikasi dengan baik
  • Didiagnosis menderita kanker
  • Mengalami riwayat mual dengan tingkat keparahan apa pun
  • Menjalani setidaknya dua kali kemoterapi yang tersisa menggunakanagen kemoterapi yang sama
  • Tidak terdapat iritasi pada bagian antara bibir atas dan hidung (padafiltrum)
  • Tidak hamil
  • Menderita kanker stadium III
  • Tidak menunjukkan gangguan kejiwaan dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian

Kriteria Eksklusi

  • Memiliki alergi terhadap peppermint atau minyak pembawa
  • Memiliki riwayat penyakit pernapasanseperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik
  • Memiliki riwayat penyakit yang menyebabkan muntah seperti gagalhati dan ginjal

Hasil

Hasil analisis didapatkan data usia responden pada kedua kelompok paling banyak adalah >50 tahun (70%) pada kelompok control dan (90%) pada kelompok intervensi adalah 59,3 tahun. Mayoritas berjenis kelamin perempuan, pada kelompok kontrol sebesar (60%) orang dan kelompokintervensi sebesar (50%). Paling banyak pasien berpendidikan tinggi yaitu pada kelompok kontrol(70%) dan pada kelompok intervensi sebesar (70%). Semua pasien berstatus menikah (100%) pada semua kelompok. Mayoritas tidak bekerja, pada kelompok kontrol sebesar (80%) dan pada kelompok intervensi sebesar (70%). Lama terdiagnosa kanker paru semuanya <5 tahun (100%) pada kedua kelompok (Tabel 3.9).

Berdasarkan tabel 3.10 dapat di deskripsikan bahwa skor INVR Pretest pada kelompok intervensididominasi oleh skor 9-16 (mual muntah sedang) sebanyak 5 orang (50%). Sedangkan kelompokkontrol didominasi oleh 25-32 (mual muntah buruk) sebanyak 5 orang (50%). Skor INVR Post Test pada kelompok intervensi didominasi oleh 1-8 (mual-muntah ringan) sebanyak 10 orang (100%). Sedangkan kelompok kontrol didominasi oleh 1-8 (mual muntah ringan) sebanyak 5 orang (50%). Skor VAS pre-test pada kelompok intervensi didominasi oleh skor 5-8 (mual sedang – parah) sebanyak 9 orang (90%). Skor VAS pre-test pada kelompok kontrol didominasi oleh skor 5-8 (mualsedang – parah) sebanyak 9 orang (90%). Skor VAS Post Test pada kelompok intervensi didominasioleh skor 1-4 (ringan) sebanyak 9 orang (90%), sedangkan skor VAS Post Test pada kelompokkontrol didominasi oleh skor 1 -4 = mual ringan (50%) 5-8 = mual sedang – parah(50%).

Hasil analisis data skor INVR pada kelompok kontrol didapatkan p value =0,071>0,05 makadisimpulkan tidak terdapat perbedaan skor pada INVR yang signifikan antara sebelum dilakukanintervensi relaksasi napas dalam dengan setelah dilakukan relaksasi napas dalam. Skor INVR pada kelompok intervensi didapatkan p value =0,000<0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan skorpada INVR yang signifikan antara sebelum dilakukan intervensi dengan setelah dilakukanintervensi dengan kata lain intervensi minyak essensial peppermint efektif untuk menurunkan mualmuntah pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi (Tabel 3.12).

Hasil analisis data skor INVR pada kelompok kontrol didapatkan p value =0,071>0,05 makadisimpulkan tidak terdapat perbedaan skor pada INVR yang signifikan antara sebelum dilakukanintervensi relaksasi napas dalam dengan setelah dilakukan relaksasi napas dalam. Skor INVR pada kelompok intervensi didapatkan p value =0,000<0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan skorpada INVR yang signifikan antara sebelum dilakukan intervensi dengan setelah dilakukanintervensi dengan kata lain intervensi minyak essensial peppermint efektif untuk menurunkan mualmuntah pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi (3.13).

Referensi

Efe Ertürk, N., & Taşcı, S. (2021). The Effects of Peppermint Oil on Nausea, Vomiting and Retching in Cancer Patients Undergoing Chemotherapy: An Open Label Quasi– Randomized Controlled Pilot Study. Complementary Therapies in Medicine, 56(October 2020). https://doi.org/10.1016/j.ctim.2020.102587

Ford, A. C., Talley, N. J., Spiegel, B. M. R., Foxx-Orenstein, A. E., Schiller, L., Quigley, E. M. M., & Moayyedi, P. (2008). Effect of fibre, antispasmodics, and peppermint oil in the treatment of irritable bowel syndrome: Systematic review and meta-analysis. Bmj, 337(7683), 1388–1392. https://doi.org/10.1136/bmj.a2313